Makalah Pengelolaan
Tanaman Perkebunan
BOTANI,
SYARAT TUMBUH, KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)
Oleh
Kelompok IV
Adhe Lilha Elnysha 0905101050030
Mizan Maulana 0905101050029
Syahrijal 0905101060011
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2012
I.
PENDAHULUAN
Karet
merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor
Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan
dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun
2004. Pendapatan devisa dari komoditi
ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan
devisa non-migas.
Sejumlah
lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005
tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan
perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%
perkebunan besar milik swasta. Produksi
karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton.
Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan
lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai
untuk perkebunan karet.
Dengan
memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini
dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani
melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna
mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau perkebun
swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara
intensif.
II.
BOTANI,
SYARAT TUMBUH, KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)
A.
Botani Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
1. Klasifikasi
Menurut
Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Brasiliensis
Nama ilmiah : Hevea
brasiliensis Muell Arg.
Genus Hevea
terdiri dari berbagai species, yang keseluruhannya berasal dari lembah sungei
Amazon. Beberapa diantara species tersebut mempunyai morfologi dan sitologi
yang berbeda. Beberapa species Hevea
yang telah dikenal adalah sebagai berikut :
1.
H. brasiliensis
2.
H. benthamiana
3.
H. camargoana
4.
H. spruceana
5.
H. guianensis
6.
H. collina
7.
H. pauciflora
8.
H. rigidifolia
9.
H. nitida
10.
H. confusa
11.
H. microphylla
Dari sejumlah species Hevea tersebut,
hanya H. brasiliensis yang mempunyai nilai ekonomi tanaman komersial,
karena species ini banyak menghasilkan lateks dan kualitasnya lateksnya cukup
baik. Species-species lain yang hanya digunakan sebagai sumber plasma nutfah
dalam program pemuliaan, antara lain :
1.
H. benthamiana digunakan sebagai sumber genetik untuk ketahanan terhadap
penyakit rapuh daun Mycrocyclus ulei
2. H.
spruceana dan H. pauciflora untuk mendapat kejaguran tanaman
2. Morfologi
a) Akar
- Biji karet
berkeping dua dengan sistem perakaran tunggang.
- Akar yang
paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah bulu akar yang berada pada
kedalaman 0-60 cm dan jarak 1-2,5 m dari pangkal pohon.
b) Batang
- Berbatang
lurus dan bercabang. Lilit batang tanaman muda berkisar 6-45 cm; tanaman remaja
sampai dengan tua (TM) lebih besar dari 45 cm.
- Kecepatan
tumbuh rata-rata 7-9 cm per tahun.
c) Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai
daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola
tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian
anak daun bertangkai pendek dan berbentuk
lonjong-oblong atau oblong-obovate,
pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas
daun hijau tua dan sisi bawah
agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm
(Sianturi, 2001).
Tahap
perkembangan daun :
- Tunas baru
- ukuran
sempurna
- Daun muda
ukuran sempurna
- Daun tua
(warna hijau mengkilap)
- Jumlah
helai daun per tangkai tiga buah.
- Daun
mengalami gugur sekali setiap tahun.
d) Bunga
- Bunga
tumbuh setelah tanaman mengalami gugur daun.
- Bunga
terdiri atas putik dan tepung sari (bunga berumah satu).
e) Buah
o
Buah terbentuk delapan bulan setelah gugur daun
o
Buah dianggap matang dan siap menjadi benih ditandai
dengan jatuh secara alami
o Biji
dianggap baik sebagai benih bila :
- Diperoleh dari kebun yang telah teruji
kemurnian klonnya
- Tanaman induk minimal berumur sepuluh tahun
- Apabila dipecah maka daging biji tampak
berwarna putih atau putih kekuning-kuningan segar (tidak mengkerut/layu).
- Apabila diuji keletingan dengan cara
dijatuhkan pada ketinggian 70-100 cm dari permukaan lantai, maka biji karet
akan melenting kearah luar.
- Biji memantul dengan ketinggian lebih dari 50%
terhadap jarak penjatuhan.
- Warna kulit luar mengkilap dengan mosaik utuh
atau sempurna.
- Bila dikecambahkan: sudah tumbuh pada kondisi
stadia bintang menjelang stadia pancing pada hari ke-21 (untuk biji dari kebun
sendiri), dan pada hari ke-31 (untuk biji kiriman dari tempat lain).
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa
kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Dewi, 2008).
Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang
beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya.
Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15o Lintang
Utara sampai 10o Lintang
Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang
cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata – rata 25 – 30o C.
Apabila dalam jangka waktu panjang suhu
harian rata-rata kurang dari 20o C, maka tanaman karet tidak cocok
di tanam di daerah tersebut. Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi,
pertumbuhan tanaman karet tidak optimal (Setiawan, 2000).
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 m dari
permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm setahun. Akan
lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun (Nazarrudin dan
Paimin, 2006).
3. Syarat Tumbuh
Pada
dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk
menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
a. Iklim
Daerah
yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
b. Curah
hujan
Tanaman
karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan
berkurang.
c. Tinggi
tempat
Pada
dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan
laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk
tumbuh tanaman karet. Suhu optimal
diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
d. Angin
Kecepatan
angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.
e. Tanah
Lahan
kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.
Hal
ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat 5 tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis
tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda
dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya
secara umum kurang baik karena kandungan
haranya rendah. Tanah alluvial biasanya
cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang
baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada
pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman
karet pada umumnya antara lain :
-
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas,
- Aerase
dan drainase cukup,
- Tekstur
tanah remah, poreus dan dapat menahan air,
- Struktur
terdiri dari 35% liat dan 30% pasir,
- Tanah bergambut
tidak lebih dari 20 cm,
- Kandungan
hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara
mikro,
- Reaksi
tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5,
- Kemiringan
tanah < 16% dan
- Permukaan
air tanah < 100 cm.
4.
Kesesuaian
Lahan
Tanaman karet akan tumbuh baik pada kondisi lahan
sebagai berikut : tidak ada lapisan hardpan (kalaupun ada lebih dari 2 m dari
permukaan tanah), kandungan liat < 20% , pH tanah 5,0 – 6,5, kedalaman
efektif > 100 cm dan kemiringan lahan 0 – 8 persen. Secara lebih rinci
persyaratan untuk suatu lahan perkebunan karet.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan
isi makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. H.
brasiliensis yang mempunyai nilai ekonomi tanaman
komersial, karena species ini banyak menghasilkan lateks dan kualitasnya
lateksnya cukup baik.
2. Batang
tanaman karet mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
3. Tanaman
karet sangat cocok untuk dibudidayakan di perkebunan wilayah Indonesia yang
bercurah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan
berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi, R. I. 2008. Panduan
Lengkap Karet. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Nazarrudin
dan Paimi. 2006. Karet, Strategi
Pemasaran dan Pengolahan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setiawan,
2000. Usaha Pembudidayaan
Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan dan Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sianturi,
H. S. D. 2001. Budidaya Tanaman Karet.
Universitas Sumaera Utara Press, Meda.